MATERIALISME VS IDEALISME

Sabtu, 16 Agustus 2008

Materialisme adalah lawan dari idealisme, kata yang sudah tidak asing terdengar oleh kita. Ketika kita berbicara tentang seorang idealis kita akan membayangkan seseorang yang memiliki moralitas tinggi dan selalu memegang prinsip. Sayangnya idealis yang kita akan bicarakan disini tidak ada hubungannya dengan pemaknaaan diatas. Kita akan membahas idealis yang dilihat dari arti kata, asal-usul dan fakta.
Materialisme berasal dari kata matter (“Benda”), sedangkan kata matter sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti mother / Ibu. ( Ralph E. Lapp, Life science library “MATTER”, hal 9). Seperi yang kita ketahui benda terbagi menjadi 3 jenis yaitu padat, cair dan uap (solid, liquid and gas), material adalah sebuah dunia nyata yang harus dijelajahi oleh ilmu pengetahuan dan bisa dibuktikan keberadaannya. Cara pembuktian material harus berhubungan dengan panca indera kita yaitu bisa dilihat, diperiksa, disentuh atau dirasakan oleh indera-indera kita. Materialisme menganggap ide atu pikiran hanyalah hasil dari materi yang masuk ke dalam otak melalui berbagai proses sehingga menghasilkan suatu materi yang memiliki nilai lebih, tanpa adanya suatu materi yang nyata pikiran tidak dapat timbul dengan sendirinya. Penelitian terhadap material yang dilakukan oleh umat manusia melalui pikiran / ide mereka berjuta-juta tahun yang lalu telah mengajarkan umat manusia banyak hal seperti bagaimana memasak, bercocok tanam, berburu bahkan membunuh manusia yang lainnya dan ini telah memberikan suatu masukan bagi kemajuan umat manusia. Penelitian terhadap material juga menghasilkan pebedaan budaya antar umat manusia di daerah yang satu dengan yang lain karena perbedaan pikiran mereka dalam menciptakan suatu benda walaupun fungsi benda-benda tersebut sama, contohnya masyarakat aborigin membuat kayu menjadi boomerang sedangkan masyarakat kita dahulu memanfaatkan kayu menjadi tombak dan panah, walaupun bahan baku dan fungsinya sama tapi bentuk dan cara pemakaiannya berbeda-beda. Inilah yang membuat umat manusia kaya kebudayaan.
Sedangkan idealisme berasal dari kata idea (“pikiran”), “Idealisme memiliki akar dari pandangan bahwa dunia ini hanyalah cerminan dari ide, pikiran, roh atau lebih tepatnya Ide, yang hadir sebelum segala dunia ini hadir. Benda-benda material kasar yang kita kenal melalui indera kita, menurut aliran ini, hanyalah salinan yang kurang sempurna dari Ide yang sempurna itu.” (Artikel Reason in Revolt: Filsafat dan Agama, Alan Woods dan Ted Grant 19 July 2006). Idealisme adalah paham yang banyak dipenuhi oleh hal-hal di luar nalar. Karena mereka menganggap pemikiran yang ada dalam otak mereka adalah hal yang nyata walaupun tidak bisa dibuktikan oleh indera mereka. Sayangnya msyarakat lebih condong mengikuti pada paham ini, bukan hanya di Indonesia tapi di berbagai pelosok dunia paham ini berkembang pesat. Dalam kehidupan real paham ini telah mencekoki dan membuat kacau balau cara berpikir manusia, paham ini telah menghasilan suatu masyarakat yang percaya pada mistik yang tidak masuk akal jauh dari nalar. Indera ke enam, kepercayaan terhadap angka, tata letak ruangan dan lain-lain, adalah hasil dari para pemikir idealis yang telah mencekokan otak masyarakat ke pikiran yang anti nalar.
Lihat saja film horror tentang hantu-hantu yang tidak jelas kkeberadaannya selalu laris diminati para penikmat film sehingga para orang-orang di industri film berlomba-lomba menciptakan film yang membuat anak bangsa berpikir mundur. Jika hal ini terus berlangsung bangsa kita akan terus diam ditempat atau bahkan mundur seperti zaman dinamisme dimana setiap melakukan sesuatu selalu takut. Menebang pohon harus membuat kopi pahit, rokok kretek, dan lain-lain dengan alasan agar penunggunya mengizinkan dan pergi ke tempat lain, lalu jika terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian para masyarakat akan mengangap ini merupakan bagian dari mistik entah tumbal, pekerjaan menggangu penunggu sehingga marah lalu membunuh salah satu dari karyawan atau apapun nama dan alas an mereka sangat jauh dari nalar.
Masyarakat akan menggangap kematian bukan hal yang wajar dalam proses kehidupan tapi akan selalu disangkut pautkan dengan hal-hal yang berbau mistik. Setiap mendengar, mncium bau mereka akan selalu mengaitkan dengan mistik. Pikiran mereka terlalu jauh kedepan tapi kenyataan tidak ada yang realis disini padahal setiap benda memiliki sifat, jenis, masa dll sehingga bisa menghasilkan bau, perubahan bentuk dll tapi mereka tidak memikirkan hal ini walaupun ketika sekolah mereka telah mempelajari ini dalam science. Perubahan bentuk, massa, bau dll adalah hal yang wajar karena benda bisa berubah. Contohnya air yang membeku jadi es, sehingga selain bentuknya yang berubah tapi suhu juga berubah dan jenis yang tadinya cair menjadi padat ( liquid to solid ).
Pikiran tidak berarti tanpa benda. Bagaimana mungkin saya bisa mengatakan di depan saya ada seekor kambing, sekalipun saya terus memikirkan dan merasa ada kambing di hadapan saya. Apa saya bisa mendengar suara kambing tersebut secara nyata? Tidak. Melihatnya secara objektif ? tidak. Tapi saya merasakannya dalam pikiran saya. Walaupun saya bersumpah jutaan kali tetap saja tidak ada yang percaya kecuali orang bodoh dan yang pasti banyak orang yang bilang saya bodoh.
Inilah sebuah petikan dari artikel yang kutip dari buku yang ditulis ress-mogg mengenai mistik yang telah merasuk dan meracuni kaum anti logis : "Bukannya memakai teknologi, mereka menggunakan sihir. Bukannya memilih telaah yang dilakukan sendiri, mereka memilih membebek pada pemikiran-pemikiran ortodox. Bukannya mempercayai sejarah, mereka mempercayai mitos. Bukannya mengagumi biografi, mereka memuja para pahlawan” (ress mogg W. Rees-Mogg dan J. Davidson, The Great Reckoning, How the World Will Change in the Depression of the 1990s, hal 27.)
Ingat !!! “Satu-satunya dunia yang nyata adalah dunia material. Pikiran, ide, dan perasaan adalah hasil dari materi yang terorganisir dalam cara tertentu (sistem syaraf dan otak) bahwa pikiran tidak dapat hadir dari dirinya sendiri, tapi hanya dapat timbul dari dunia objektif yang menyatakan dirinya kepada kita melalui alat-alat indera kita.” Alan Woods dan Ted Grant
Semua hal yang tidak bisa dilihat, didengar, dicium, dikecap/dirasa menggunakan jilat atu dirasa oleh kulit hanya omong kosong.

0 komentar: